Jumat, 04 November 2016

Revisi Keyakinan Atas Sinyal Informasi Akuntansi

REVISI KEYAKINAN ATAS SINYAL INFORMASI AKUNTANSI
MF. Arrozi Adhikara
Universitas Esa Unggul, Jakarta
e-mail: arrozi@esaunggul.ac.id


Abstract
The purpose of this study was to determine the behavior of securities analysts’ beliefs revision in the valuation of shares which is determined by the sinyal quality of accounting information, unsystematic risk perception, and market risk as a measure of environmental uncertainty.
This study uses explanatory-causal approach. Type of data is primary data and the collection method is a survey. The dimension of time used is one shot study. The respondents were securities analysts and the unit of analysis is the individual. Data analysis used Structural Equation Modeling (SEM) with AMOS. This study shows that the usefulness of accounting information has a positive influence on the beliefs revision and perceptions of risk and subjectivity of the return. Meanwhile, perception of risk has a negative influence on the subjectivity of the return. Furthermore, environment uncertainty has no influence on beliefs revision and subjectivity of the return. In addition, beliefs revision has a positive influence on subjectivity of return. Study findings indicate that signal quality of accounting information has information content; securities analysts have high confidence, prudent, disjunction attitude, volitional, sophisticated, rational behavior, and preferences of risk averter.
Keywords: usefulness of accounting information, beliefs revision, perceptions of risk, environment uncertainty, subjectivity of return.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan memperoleh bukti empiris perilaku analis efek dalam revisi keyakinan pemilihan saham dengan menggunakan manfaat informasi akuntansi, persepsi risiko yang tidak sistematis, dan ketidakpastian lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan explanatory-causal. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan pengumpulan data menggunakan survei. Dimensi waktu yang digunakan adalah one-shot study. Responden penelitian adalah para analis efek dan yang menjadi unit analisis adalah orang perorangan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan program AMOS.
Hasil penelitian menunjukan bahwa manfaat informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap revisi keyakinan dan persepsi subyektifitas pengembalian investasi dan risiko. Sedangkan persepsi resiko berpengaruh negatif terhadap subyektifitas pengembalian investasi. Ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh terhadap revisi keyakinan dan subyektifitas pengembalian investasi. Selain itu, revisi keyakinan berpengaruh positif terhadap subyektifitas pengembalian investasi. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa kualitas sinyal informasi akuntansi memiliki kandungan informasi, analis efek memiliki kepercayaan diri yang tinggi, bersikap prudent, volitional, sophisticated, dan memiliki preferensi risk averter.
Kata kunci: manfaat informasi akuntansi, revisi keyakinan, persepsi risiko, ketidakpastian lingkungan, subyektifitas pengembalian investasi
PENDAHULUAN
Saham merupakan aktiva yang  berisiko, serta memberikan pengembalian investasi lebih tinggi dari aktiva keuangan lainnya. Oleh karena itu, investor meminta perlindungan risiko dan bursa efek memberikan perlindungan melalui efisiensi pasar (Zamahsari, 1990). Efisiensi pasar mempunyai hubungan dengan informasi akuntansi terkait dengan manfaat informasi dalam pengambilan keputusan finansial. Namun keterbukaan informasi untuk memenuhi pengungkapan penuh (full disclosure) dalam laporan keuangan terjadi penyesatan informasi. Fenomena ini terjadi sepanjang kurun waktu 2000-2009 pada emiten PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang lalai menyampaikan fakta material penundaan proyek pipanisasi gas dan melakukan insider trading; konspirasi PT Great River Tbk tentang penipuan dalam penyajian laporan keuangan (Investor, 2007); manipulasi laporan keuangan pada Bank Lippo, PT Citra Marga Nusapala Persada, Bank Duta, Xerox, PT Merck, PT Kimia Farma Tbk, dan PT Telkom (Arrozi, 2009); serta runtuhnya perusahaan terkemuka yaitu Enron, Worldcom, Global Crossing, HIH, dan Tyco (Imung, 2002). Implikasi tersebut berakibat pada “Apakah Laporan Keuangan masih bisa dipercaya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan?” Fenomena diatas menyebabkan timbulnya keraguan atas kehandalan sistem pelaporan keuangan yang menyebabkan kerugian besar bagi investor, karyawan, kreditor, dan pihak lain yang berkepentingan. Akibatnya, pengguna mendapatkan informasi salah atas kondisi perusahaan karena terdapat penyembunyian informasi yang relevan dan handal serta menggambarkan posisi keuangan yang salah. Sehingga, pengguna mengambil suatu analisa dan keputusan salah karena kesalahan substansi informasi tentang sinyal pengungkapan informasi akuntansi. Hal ini mengakibatkan kesalahan analisa terhadap keuangan emiten, dan pasar tampaknya tersesat oleh kesalahan informasi yang harus diinterpretasikan (Arrozi, 2006).
Konsekuensi negatif yang harus ditanggung pengguna adalah penyesatan revisi keyakinan tentang nilai pengharapan yang sudah ditentukannya melalui interpretasi informasi akuntansi (Scott, 2009); membentuk perilaku ketidaksabaran dan kehilangan pengendalian diri serta impulsif, karena kesalahan persepsi pada obyek yang diinterpretasikan (Wahlund dan Gunnarsson, 1996); kesalahan dalam melakukan prediksi terhadap subyektifitas pengembalian dan risiko investasi dari saham yang menjadi kandidat terpilih dalam portfolio investasi, serta penyesatan dalam pengambilan keputusan yang bersifat rasional karena pelaku pasar mengambil keputusan yang salah karena saham yang bersangkutan dinilai secara tidak tepat secara fundamental (Lipe, 1998).
Isu utama penelitian ini adalah pertimbangan keyakinan dalam pengambilan keputusan investasi dengan penekanan kepada pemikiran obyektif pelaku dalam mempertimbangkan manfaat informasi akuntansi untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut memberikan keyakinan untuk melakukan tindakan dan merevisi keyakinan.
Keyakinan pelaku bersifat relatif. Artinya, pelaku melakukan revisi bilamana mendapat pengetahuan fundamental dan teknikal dari lingkungan berupa: manfaat informasi akuntansi dalam bentuk laba dan deviden, risiko perusahaan, serta risiko lingkungan dari pasar. Hal ini akan menunjukkan tindakan pelaku dalam investasi adalah rasional, sikap preferensi risiko dan pengembalian investasi, serta prediktor yang baik dalam melihat ketidakpastian lingkungan untuk memaksimalkan utilitas.
Penelitian ini penting karena ketidakkonsistenan hasil hubungan simultan antara manfaat informasi akuntansi, persepsi risiko, revisi keyakinan, ketidakpastian lingkungan, serta subyektifitas pengembalian investasi. Hasil studi Beaver (1989) serta Barberis dan Thaler (2003) menunjukkan tingkat keyakinan pengguna yang tinggi terhadap manfaat informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan. Pengguna melakukan analisis bahwa informasi membawa kandungan infor masi kinerja, prospek, ketidakpastian dan nilai pengharapan (expected values) sehingga mengetahui adanya nilai ekonomis atau tidak sehingga dilakukan revisi keyakinan. Hasil studi berbeda dari Banker dkk. (1993), Stainbank dan Peebles (2006), Eipsten (1975), serta Chen dan Hsu (2005) bahwa pengguna tidak yakin manfaat informasi akuntansi menghasilkan subyektifitas pengembalian investasi. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan analisa informasi sehingga informasi tidak bernilai ekonomis. Implikasinya harapan pengembalian investasi yang diinginkan tidak tercapai. Hasil studi Goodwin dkk. (1986), Barth dkk.. (2001), Ball dan Brown (1968), Snelbecker dkk. (1990), Gordon (1984), Beaver (1989), Beaver dkk. (1979), serta Esterbrook (1984) menunjukkan manfaat informasi akuntansi berpengaruh terhadap pengembalian investasi. Informasi akuntansi menunjukkan kinerja dan prospek melalui profitabilitas, deviden, dan nilai perusahaan.
Pengguna bersikap profesional karena mampu melakukan analisis dan interpretasi informasi sebagai sinyal yang bernilai ekonomis dan mempunyai kemampuan prediktif dalam hubungannya dengan laba mendatang. Perwujudan nilai ekonomis adalah memperoleh keuntungan dalam bentuk deviden sehingga menunjukkan citra dan kinerja perusahaan serta mudah mencari tambahan pendanaan untuk operasional perusahaan. Studi tentang manfaat informasi akuntansi tidak berpengaruh terhadap persepsi risiko dihasilkan dari studi Lambert dan Verrechia (2005) dan Ferris dkk. (1990). Keyakinan pengguna pada kondisi keuangan perusahaan tidak merubah persepsi risiko pengguna. Informasi akuntansi tidak memberikan sikap positif atau negatif terhadap saham perusahaan meskipun menunjukkan kinerja, prospek, potensi risiko, dan nilai. Hasil studi berbeda ditunjukkan oleh Healy dan Palepu (2001), Beaver dkk. (1970), McDonald dan Stehle (1975), Farelly dkk. (1985), Koonce dkk.. (2004), Capstaff (1992), Barth dkk. (2001), Lee (1999), dan Clarkson dkk. (1996). Pengguna mempunyai keyakinan terhadap kondisi keuangan emiten sehingga pengungkapan pelaporan menurunkan asimetri informasi, meningkatkan permintaan saham emiten, dan meningkatkan harga pasar sehingga mengurangi biaya modal. Disamping itu, informasi akuntansi merefleksikan ukuran persepsi risiko pasar serta mampu menjelaskan risiko melalui penggabungan karakteristik keperilakuan dan risiko keuangan. Tujuan penelitian adalah mengkaji dan memperoleh bukti empiris perilaku analis efek dalam revisi keyakinan pemilihan saham di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan manfaat informasi akuntansi, persepsi risiko, serta ketidakpastian lingkungan.
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Beliefs-Adjustment Theory
Beaver (1989) mendefinisikan keyakinan sebagai komponen yang mengupas secara kritis dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat keyakinan menentukan perilaku pengambilan keputusan. Peran informasi adalah merubah keyakinan. Perilaku pengambilan keputusan berubah ketika informasi baru merubah keyakinan. Keyakinan investor tidak tampak. Harga saham dipandang sebagai penampakan proses keyakinan investor. Penggunaan laporan keuangan oleh investor sebagai pemegang saham konsisten dengan orientasi pengguna utama laporan keuangan menurut FASB (1978).
Teori yang menggagas tentang revisi keyakinan dikemukakan oleh Hogarth dan Einhorn’s (1992) tentang teori penyesuaian keyakinan (beliefs-adjustment theory) yaitu investor melakukan revisi keyakinan mengenai harga saham ketika menerima informasi dalam bentuk deviden dan laba kejutan (earnings surprises). Asumsi teori adalah individu memproses informasi secara berurutan dan mempunyai keterbatasan kapasitas memori. Individu merubah keyakinannya melalui suatu urutan proses anchoring and adjustment. Keyakinan sekarang bermanfaat sebagai keyakinan awal yang kemudian akan disesuaikan. Revisi keyakinan menjadi keyakinan awal baru dan proses ini terjadi terus-menerus secara berurutan. Teori ini memprediksi informasi perusahaan mempunyai sinyal yang berlawanan (good news diikuti dengan bad news atau bad news diikuti dengan good news), perubahan informasi akhir mempunyai pengaruh lebih besar pada pengembalian investasi daripada informasi awal. Pengaruh ini disebut recency effect. Tetapi, untuk informasi yang konsisten (good news diikuti dengan good news atau bad news diikuti dengan bad news), seluruh informasi mempunyai pengaruh yang sama besar pada pengembalian investasi. Pengaruh ini disebut dengan no order effect. Pada dua pengaruh tersebut, investor akan bereaksi secara berbeda terhadap perbedaan dua informasi. Disamping itu, teori ini juga mempertimbangkan kekuatan keyakinan awal (anchor) dan memprediksikan bahwa anchor yang besar akan berkurang lebih banyak oleh informasi negatif daripada anchor yang kecil. Sebaliknya, anchor yang kecil akan meningkat lebih besar oleh informasi positif daripada anchor yang besar. Hal ini disebut anchoring effect. Hogarth dan Einhorn’s (1992) membagi dimensi revisi keyakinan dalam beberapa hal yaitu: 1) Proses sekuensial adalah pemrosesan secara berurutan. Pengguna mengevaluasi sinyal deviden dan laba kejutan yang diterima pada titik waktu yang berbeda. 2) Kompleksitas tugas adalah evaluasi pengumuman akan mengalami penurunan penyesuaian bilamana informasi negatif dan sebaliknya mengalami peningkatan penyesuaian bilamana informasi positif. 3) Panjang rangkaian bukti transaksi, adalah merujuk pada jumlah bukti yang dievaluasi dari informasi akuntansi secara keseluruhan dalam suatu kesatuan. 4) Response mode adalah merujuk pada prosedur evaluasi suatu bukti dengan cara step-by-step dan end-of-sequence. Revisi keyakinan memberikan pertimbangan prediksi mengenai perilaku investor dalam merespon informasi keuangan (Scott, 2009), yaitu: 1) Investor mempunyai keyakinan awal tentang pengembalian investasi dan risiko saham perusahaan yang diharapkan. Keyakinan ini didasarkan pada informasi yang tersedia di pasar. Meskipun mereka mendasarkan pada informasi yang tersedia di pasar, tetapi keyakinan mereka tidak sama karena perbedaan menempatkan informasi dan kemampuan interpretasi. 2) Setelah penerbitan net income tahun berjalan, investor lebih tahu dengan menganalisa angka income. Misalnya, jika net income lebih tinggi dari yang diharapkan, maka menjadi good news. Investor lainnya yang mempunyai harapan tinggi betapa seharusnya net income sekarang, menginterpretasikan net income sebagai bad news. 3) Investor yang telah merevisi kepercayaan mengenai profitabilitas pengembalian investasi di masa datang lebih tinggi, cenderung membeli saham perusahaan dengan harga pasar saat ini.
Manfaat Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi yang bermanfaat harus mempunyai kualitas informasi relevan dan handal (Scott, 2009), mempunyai nilai dalam menambah pengetahuan, menambah keyakinan mengenai profitabilitas terealisasinya harapan dalam kondisi ketidakpastian; serta mengubah keputusan atau perilaku para pemakai (Suwarjono, 2008). Financial Accounting Standard Board (1980) menyusun karakteristik standar kualitatif laporan melalui Standard Financial Accounting Concepts No. 2 dan merupakan syarat yang harus dipenuhi agar tujuan informasi sesuai dengan apa yang dinyatakan di dalam SFAC No 1 dapat tercapai.
Karakteristik kualitas informasi akuntansi harus memiliki nilai-nilai sebagai berikut: 1) Kualitas Primer, Kualitas utama yang membuat informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan adalah relevan dan handal Relevan menunjukkan informasi akuntansi harus dapat membuat perbedaan dalam suatu keputusan. Untuk menjadi relevan, informasi akuntansi harus mempunyai nilai prediktif, nilai umpan balik dan tepat waktu. Handal adalah informasi dapat diandalkan jika terbebas dari kesalahan, penyimpangan, serta merupakan penyajian yang jujur. Supaya reliabel, informasi akuntansi mempunyai karakteristik dapat diperiksa, kejujuran penyajian, dan netral. 2) Kualitas Sekunder, Informasi lebih berguna jika mempunyai karakteristik dapat dibandingkan dan konsistensi. 3) Keterbatasan Laporan Keuangan, Informasi akuntansi bermanfaat jika harus mencapai tingkat minimum dari relevan dan reliabilitas. Hal ini menunjukkan suatu keterbatasan bagi manfaat informasi. Karakteristik keterbatasan adalah biaya dan manfaat, serta materialitas.
Persepsi Risiko
Persepsi merupakan pandangan individu dalam memahami obyek atau peristiwa melalui pancaindera yang diperoleh dari pengalaman tentang obyek dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi bersifat subyektif dan situasional sehingga sangat mungkin memiliki perbedaan dengan persepsi individu lain terhadap obyek yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995; Matlin, 1998; Robbins, 1996). Syarat untuk membuat persepsi adalah adanya obyek yang dipersepsikan (fisik), alat untuk menerima stimulus berupa alat indra (fisiologis), serta perhatian dalam mengadakan persepsi (Walgito, 1997). Risiko investasi didefinisikan sebagai penyimpangan dari keuntungan yang diharapkan. Karena ketidakpastian, investor akan memperoleh pengembalian investasi di masa datang yang belum diketahui nilainya (Hartono, 2008). Oleh karena itu resiko dipersepsikan dari pandangan orang tentang kemungkinan mendapatkan potensi paparan kerugian, bahaya, dan kejahatan yang berhubungan dengan aktivitas khusus (Ricciardi, 2004). Untuk mengurangi resiko, pelaku harus mengenal jenis resiko dalam investasi yang dikelompokkan oleh Jones (2002) sebagai berikut: 1) Risiko sistematis (risiko pasar),
Risiko pasar tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi dalam portfolio. Nilai portfolio yang terdiversifikasi dengan baik akan berfluktuasi dengan perubahan hasil pengembalian pasar. Misal, kenaikan inflasi yang tajam, resesi, kenaikan tingkat bunga, dan siklus ekonomi. 2) Risiko tidak sistematis,
Risiko spesifik bagi perusahaan yang mencakup kebijakan dan keputusan strategik, operasi, dan keuangan. Risiko ini berbeda antar perusahaan sehingga memfokuskan pada dampak spesifik terhadap saham atau sektor tertentu. Riset akuntansi menyatakan informasi akuntansi penting digunakan oleh investor individu untuk menilai resiko dan membuat keputusan investasi. Informasi akuntansi menyediakan fundamental risiko keuangan yang diukur dengan deviden payout ratio, current ratio, asset size, asset growth, leverage, variability in earnings, covariability in earnings, dan capital structure (Beaver, dkk., 1989; Selvi, 2004). Risiko keuangan fundamental menunjukkan informasi kinerja buruk, kesulitan keuangan, dan perusahaan tidak berprospek sehingga nilai perusahaan menurun. Sehingga, persepsi risiko dinyatakan sebagai pandangan individu mengenai risiko keuangan fundamental yang mempengaruhi harga saham perusahaan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Realted Posts