Senin, 19 Juni 2017

Baitul Gafur, Oase Ditengah Hiruk-Pikuk Kehidupan Kampus


Baitul Gafur, Oase Ditengah Hiruk-Pikuk Kehidupan Kampus





Baitul Gafur, Oase Ditengah Hiruk-Pikuk Kehidupan Kampus
Esaunggul.ac.id, Jakarta Barat, Adzan Dzuhur ketika itu terdengar ke seantero kampus Esa Unggul, ditengah hingar-bingar kehidupan kampus adzan itu menjadi sebuah pelepas dahaga rohani para mahasiswa dan civitas kampus yang tengah menjalani kegiatan keduniawian.
Tak berselang lama, para jamaah tanpa diundang berduyun-duyun menuju asal muasal sumber suara itu yakni bangunan kokoh berbalut cat warna putih kream yang berada di samping gedung C Universitas Esa Unggul. Bangunan yang mengeluarkan suara Adzan itu yakni Masjid Baitul Gafur.
Kebetulan pada hari itu ialah hari Jumat, Masjid Baitul Gafur menggelar sholat Jumat yang diikuti oleh semua kalangan baik masyarkat sekitar kampus maupun para mahasiswa beserta civitas akademis. Tampak, ribuan alas kaki dari berbagai merk dan jenis membanjiri pelataran luar masjid. Suara gemericik air dari para jamaah saat mengambil wudhu pun menjadi pemanis suara ditengah siang hari yang terik itu. Dua ruangan sholat yang berada di lantai atas dan bawah masjid Baitul Gafur terlihat disesaki oleh jamaah yang haus akan siraman rohani dari penceramah jumat.
“Marilah dengan Jumat yang berkah ini, kita sama-sama tingkatkan iman dan taqwa meskipun berbagai kegiatan yang kita lakukan sangat padat namun kita hanyalah hamba Allah yang ditugaskan untuk menyembah Allah,” ujar penceramah Sholat Jumat yang saat itu disaksikan oleh kurang lebih 1000 jamaah itu. Ajakan sholat yang digaungkan oleh suara Iqomah pun mulai berkumandang memberikan isyarat untuk para jamaah segera berdiri mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Seketika ucapan Amin pun bergema diseisi masjid saat imam menyelesaikan surah Al-fatihah seolah-olah para jamaah yang kebanyakan merupakan mahasiswa dan civitas Esa Unggul memohon terijabahnya doa-doa mereka. Selepas sholat, para jamaah tidak lupa memanjatkan doa mereka dengan tangan menengadahkan ke langit. Maka selesailah kegiatan sholat jumat pada hari itu.

Sejarah Singkat Baitul Gafur
Ketua masjid Baitul Gafur Muhammad Khaerudin,SE menerangkan inisiasi dari berdirinya masjid di Esa Unggul bermula saat mahasiswa dan civitas menginginkan tersedianya sebuah tempat ibadah sholat yang nyaman, maka pada tahun 1996 dibuatlah sebuah tempat ibadah berupa mushola yang berada di gedung A atau gedung Utama Universitas Esa Unggul.
Dia pun melanjutkan di tahun 2000 mushola lama yang berada di gedung A tidak cukup menampung jamaah yang semakin membludak, sehingga ada permintaan dari mahasiswa dan civitas kepada pihak rektorat untuk memindahkan Mushola ke Aula Kemala. Hingga tahun 2005 kegiatan ibadah Sholat berada di Aula Kemala.
“kira-kira 5 tahun, Mushola dan kegiatan ibadah dipindah ke Ballroom Aula Kemala. Semula memang tidak ada masalah saat dipindahkan ke sana, namun karena di Ballroom juga dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya seperti seminar dan kegiatan keagamaan lainnya, ini menjadikan ruangan mushola menjadi tidak steril untuk sholat, untuk itu saya dan beberapa teman yakni mahasiswa dan akademisi meminta dana untuk pembangunan masjid,” ujar Khaerudin, saat ditemui di ruang Perpustakaan Esa Unggul, Jakarta Barat, Jumat (16/06/2017).
Maka pada tahun 2005 dimulailah pembangunan masjid Baitul Gafur yang semula direncanakan dibangunan didepan kampus sekitar jalan tol Tomang-Kebun jeruk. namun karena kontur tanah yang tidak baik maka pembangunan masjidnya pun diubah tempatnya menjadi di belakang kampus. “Sebetulnya letak masjid Baitul Gafur itu ada didepan dekan jalan tol, namun karena kontur tanahnya kurang bagus maka dipindahkan,” ujarnya.
Berkonsep Taj Mahal
Khaerudin pun menceritakan proses pembuatan masjid Baitul Gafur hingga menjadi tempat ibadah yang saat ini menjadi pusat ibadah dan kajian mahasiswa. Baitul Gafar sendiri berdiri diatas tanah 30X30 meter dan dulunya sempat berkonsep bangunan khas india yakni Taj Mahal.
“Dulunya saat pembangunan kita sempat ingin konsepnya itu seperti Taj Mahal, namun sayangnya kekurangan lahan, seharusnya ada tiang menara satu lagi tapi urung dibangun karena lahannya dibuat tempat parkir,” katanya.
Arsitektur pembangunan masjid ini dibuat oleh Ir.Holiq Raus, salah satu ahli planologi dari Esa Unggul. Holiq yang kala itu dilibatkan dalam konstruksi masjid membuat perhitungan mengenai tata letak dan perhitungan kontur tanah yang cocok untuk dibangun sebuah masjid.
“Arsitektur sendiri dipimpin oleh almarhum Ir.Holiq Raus, pak Holiq Raus ini yang memperhitungkan kontur tanah, sampai meneliti sampai dimanakah cadangan air yang tersedia diatas tanah masjid,” terang Khaerudin.
Pemilihan nama dari Baitul Gafur sendiri, mengambil nama dari pendiri masjid yang juga pendiri Universitas Esa Unggul yakni Dr.Abdul Gafur. “nama Baitul Gafur itu sendiri diambil dari nama pendiri Esa Unggul dan masjid ini yakni Dr.Abdul Gafur, namun Dr. Abdul Gafur sendiri tidak meminta menggunakan namanya, namun kehendak dari kamilah selaku inisiator yang menghargai jasa Dr.Abdul Gafur,” ujarnya
Selain menceritakan mengenai pembangunan masjid, Khaerudin menjelaskan mengenai pemanfaatan masjid Baitul Gafur selama ini. Baitul Gafur bukan hanya dijadikan sebagai tempat ibadah saja, namun lebih besar lagi, masjid bertingkat dua ini menjadi tempat interaksi sosial kepada masyarakat.
“Kami dari pengurus masjid menargetkan pemanfaatan Baitul Gafur bukan hanya tempat Hablul minallah saja atau hubungan dengan masalah akhirat saja, namun secara luas habluminnas dari kegiatan masjid pun digalakkan. terbukti sampai saat ini kegiatan sosial seperti santunan anak yatim, khitanan masal, kajian fikih dan lainnya terselenggara,” tuturnya.
Ia pun berharap nantinya Baitul Gafur dapat menjadi tempat peningkatan iman dan takwa serta pendidikan agama baik bagi mahasiswa maupun bagi civitas kampus. Ditambah, mudah-mudahan Baitul Gafur dapat mencetak lulusan-lulusan berkulitas baik secara IMTAQ maupun secara keilmuan umum.
“Baitul Gafur ini bukan sekedar tempat ibadah namun bisa menjadi institusi pendidikan rohani bagi siapa saja yang aktif di dalamnya, sejak pembangunan masjid ini telah banyak alumninya yang aktif di IKMI (Ikatan Keluarga Masjid Indonusa) UKM yang mengisi kegiatan masjid telah terjun dan bermanfaat ke masyarakat,” Khaerudin Menandaskan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Realted Posts